Rangkuman Andragogi Beserta Kata-Kata Sulit
RINGKASAN MATERI
BAB I
PENGERTIAN
DAN BEBERAPA ASUMSI
DASAR
ANDRAGOGI ( PENDIDIKAN ORANG DEWASA )
A. Pengertian
Andragogi ( pendidikan rang Dewasa )
Teori mengenai proses belajar mengajar didasarkan kepada rumusan pendidikan sebagai
suatu proses transmisi budaya. Maka dari
teori inilah paedagogi yang asalnya berasal dari bahasa yunani, yaitu paid
berarti anak dan agogos yang berarti memimpim atau membimbing, secara khusus ,
selanjutnya paedagogi diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar
anak-anak. Istilah paedagogi tersebut berubah artinya menjadi ilmu dan seni
menajar.
Suatu teori mengenai cara mengajar orang dewasa
untuk membedakan dengan paedagogi, maka
teori baru tersebut dikenal sebagai nama andragogi yag berasal dari kata bahasa
yunani yaitu andar yng berarti orang dewasa dan agogos yang berarti memimpin
atau membimbing. Maka dengan demikian,
andragogi dirumuskan sebagai
suatu ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
B. Beberapa
Ansumsi dan Implikasinya
Ada perbedaan yang mendasar mengenai asumsi yang
digunakan oleh Andragogi dan paedagogi pada dasrnya mengunakan asumsi-asumsi
sebagai berkut :
a) Konsep
Diri
b) Pengalaman
c) Kesiapan
untuk belajar
d) Orientasi terhadap belajar
e) Kondisi
belajar dan prinsip-prinsip belajar
BAB II
MENILAI
KEUTUHAN DAN MINAT DALAM
PERENCANAN
PROGRAM
A. Langkah
Penting yang Rawan
Para pendidik yang berorientasi kepada padegogi, kan
mengalami kesulitan memahami kenyataan dalam kehidupan orang dewasa yang harus
diharuskan belajar agar mereka tetap hidup, tetap sehat. Maka dalam andaragogi.
Titik berangkat dalam perencanaan program adlah mint dan kebutuhan warga
belajar, walaupun pada akhir tujuannya untuk memenuhi kebutuhan lembaganya dan
masarakatnya.
B. Hakikat Kebutuhan
Banyak orang yang menyamakan mengenai pegertian
antara kebutuhan (needs) dan keinginan (want). Demikian pula mengenai
perbedaanantara keduanya .tetapi yang utama adalah memberikan rumusan
operasional yang akan bermanfaat dlam perencanaan program belajar.
Pengertin kebutuhan dalam pengembangan program
pendidikan dibedakan atas kebutuhn dasar dan kebutuhan pendidikan.
Ø Kebutuhan
Dasar
Ø Kebutuhan
Pendidikan
C. Hakikat Minat
Minat dirumuskan dalam “Encyklopedia of Psyholog”
adalah “faktor yang ada dalam diri seseorang, yang menyebabkan ia tertarik atau menolak terhadap
objek,orang dan kegiatan dalam lingkungannya”.
1. Minat
umum
Hakikat minat adalah
sangat bersifat pribadi, dan oleh karena minat sangat berbeda antara orang yang
satu dengan yang lainnya.
2. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Minat
3. Perubahan
Minat Dalam Daur Kehidupan
4. Menilai
Kebutuhan dan Minat
D. Menilai
Kebutuhan Dan Minat
1. Kebutuhan
dan minat individu
2. Kebutuhan
organisasi
Suatu
organisasi atau lembaga adalah organisme yang hidup yang mempunyai kebutuhan
juga.
Ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan latihan adalah
:
a) Wawancara
b) Angket
c) Laporan
dan catatan manejemen
d) Test
e) Analisis
masalah
f) Analisis
pekerjaan yang dikombinasikan dengan penilaian terhadap penampilan
g) Teknik
insiden kritis
h) Panel
penilaian
3. Kebutuhan
Masarakat
Ada beberapa langkah
dalam melaksanakan survei masyrakat :
a) Merumuskan
tujuan
b) Membentuk
team pelaksana
c) Menentukan
ruang lingkup masalah yang akan disuvei
d) Merekrut
dan melatih tenaga sukarela
e) Mengindentifikasi
sumber informasi yang diperlukan
f) Mengorganisir
informasi
g) Menafsirkan
informasi
BAB III
BELAJAR
BAGI ORANG DEWASA
Periaku
seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang
dimilikinya serta dalam hal tertentu
oleh marerial yang tersedia, maka proses belajar manusia dewasa ke arah
perubahan sikap baru, dan memberikannya pengetahuan baru.
Dengan
kata lain, pendidikan orang dewasa hanya menjadi efektif dalam arti
menghasilkan perubahan perilaku, apabila isi dan cara pendidikannya sesuai
dengan kebutuhan yang dimilikinya. Akan tetapi, walaupun kebutuhan untuk
menambah pengetahuan dan merubah sikap agar tercapai suatu prubahan perilaku sesesungguhnya
dibutuhkan, manusia seringkali tidak selalu merasakan kebutuhan dan juga di
perluka awal untuk menumbuhkan rasa membutuhkan.
1. Mengapa
Orang Dewasa Belajar
Banyak pendidikan yang berpendapat
mengenai alasan mengapa orang dewasa belajar. Pakar pendidikan yang telah melakukan
penelitin mengenai orang dewasa perlu belajaratau ambil bagian dalam kegiatan
belajar adalah tought, sheilfeld,
Morstain dan smart.
Hasil-hasil penelitian yang dilakukan
oleh pakar pendidikan tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling
melengkapi dan saling memperkuat. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa alsan orang dewasa mengikuti kegiatan belajar ada lima yaitu
:
a. Adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Untuk
meningkatkan produktivtas
c. Untuk
meningkatkan efesiensi kerja
d. Untuk
mengetahui kebutuhan ingin tahu (Curiosity)
e. Untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam melakukan pekerjaaan
atau peranannya di dalam keluarga atau masyarakat.
BAB IV
ORANG
DEWASA SEBAGAI PELAJAR
A. Hambatan
Fisiologik
Menurut
Venier dan Davidson ada enam
faktor yang secara fisiologikdapat
menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam mempengaruhi pendidikan :
Ø Dengan
bertambahnya usia, titik-dekat penglihtan, atau titik terdekat yang dapat
dilihat dengan jelas, mulai bergerak dengan jauh.
Ø Dengan
bertambahnya usia, titik-jauh penglihatan, tau titik terjauh yang dapat dilihat
secara jelas, mulai berkurang.
Ø Makin
bertambah usia, makin besar pula jumlh penerangan yang diperlukan dalam suatu
situasi belajar.
Ø Makin
bertambah usia, persepsi kontra warna cenderung kearah merah daripada spectrum.
Ø Pendengaran
atau kemampuan menerima suara mengurang denga bertambahnya usia.
Ø Perbedaan
bunyi, atau kemapuan untuk membedakan bunyi makin mengurang dengan melanjutkan
usia.
B. Psikologik
Dari segi psikologik orang dewasa dalam situasi
belajar mempunyai sikap tertentu, maka perlu diperhatikan hal-hal tersebut
dibawah ini :
·
Belajar adalah suatu pengalaman yang
diingikan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajar.
·
Orang dewasa belajar kalau ditemukannya
arti pribadi bagi dirinya dari melihat seseuatu dan mempunyai hubu gan dengan
kebutuhannya.
·
Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang
merupakan proses menyakitkan .
·
Belajar bagi orang dewasa adalah hasil
dari mengalami sesuatu.
·
Bagi orang dewasa proes belajar adalah
khas dan bersifai individual.
·
Sumber terkaya untuk belajar terdapat
didalam diri orang dewasa itu sendiri.
·
Belajar adaah suatu proses emosional dan
intelektual sekaligus.
·
Belajar adalah hasil kerja sama antara
manusia.
·
Belajar adalah suatu proses evolusi.
C. Sumber
Belajar
Dengan adanya faktor-faktor fisiologik dan
fsikologik yang mempengaruhi efektivitas belajar orang dewasa. Maka para sarjana mencurahkan
suasana dalam situasi beajar yang paling
dapat diharapkan membawa hasil bagi proses belajar mengajar sebagai berikut :
a) Kumpulan-kumpulan
aktif
b) Suasana
hormat-menghormati
c) Suasana
harga-menghargai
d) Suasana
percaya
e) Suasana
penemuan diri
f) Suasana
tak mengacam
g) Suasana
keterbukaan
h) Suasana
mengakui kekhasan pribadi
i)
Suasana membenarkan pribadi
j)
Susana mengakui hak untuk berbuat salah
k) Suasana
membolehkan keraguan
l)
Evalausi bersama dan evalusi sendiri
BAB V
PEMBIMBING
ORANG DEWASA
A. Fungsi
Pembimbing
Belajar bagi orang menghasilkan perubahan perilaku,
dan perubahan perilaku bergantung dari perubahan sikap dan penambahan
pengatahuan serta ketrampilan, maka dapat dikatakan bahwa fungsi seorang
pembimbing mencakup sebagai :
·
Penyebar pengetahuan
·
Pelatih keterampilan
·
Perencanaan pengalaman belajar kreatif
B. Sikap
Pembimbing
Sikap seorang sebagai pembimbing belajar bagi orang
dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sebab orang dewasa lebih kritis
daripada anak-anak, sebab orang dewasa mepunyai perbandingan untuk menilai
sikap pembimbing, sebab orang dewasa berpegang pad norma-norma yang berlaku
dalam kelompok atau lingkungannya.
Sikap mental dan sikap tubuh saling mempengaruhi.
Sikap mental seseorang tercermin pada sikap tubuhnya. Orang yang sikap mentalnya
sombong biasanya Nampak pada sikap dan gerak tubuhnya.
C. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi sikap dan Peran Pembimbing
Pendidikan orang dewasa meyebar dari mulai kursus
pemberantasan buta huruf sampai proses
belajar kreatif.pola kursus pemberantasan buta huruf peserta sama sekali tidak
dapat membaca, maka pembimbing membawakan pengetahuan , yakni bagaimana membaca
pada latihan kepekaan (sensitivity training). Misalnya, para peserta sudah
memilih setumpukan pengalamannya sendiri, maka pembimbing hanya membantu mereka
untuk menata dan menafsirkan pengalaman mereka dengan cara baru.
Diktat Gordon lippitt dari Th George Washington
University, mengemukan beberapa faktor yang mempengarahi sikap dan peran
pembimbing sebagai berikut :
a) Tujuan
dan rancangan belajar
b) Lamanya
penedidikan
c) Komposisi
peserta
d) Harapan
peserta
e) Harapan
penyelengaraan
f) Profesi
pembimbing
g) Keadaan
pembimbing
BAB VI
METODE
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Banyak metode yang diterapkan orang dalam dalam
program pendidikan orang dewasa. Pemilihan
metode hendaknya ditentukan oleh tujuan pendidikan, yang pada garis besarnya
dapat dibagi dalam 2(dua) jeins :
1. Ada
proses belajar yang dirancang untuk membantu orang menata pengalaman masa
lampau yang dimilikinya dengan cara baru.
2. Ada
proses belajar yang dirancang untuk memberikan pengetahuan baru, keterampilan
baru, yakni mendorong individu meraih lebih jauh daripada yang diketahuinya.
A. Kontinuum
Proses Belajar
Posisi atau sifat pengalam belajar dalam continuum
tersebut mempengarui hal-hal dibawah ini :
a. Persipan
dan orietasi bagi proses belajar
b. Suasana
dan kecepatan belajar
c. Peran
dan sikap yang mengajar
d. Paran
dan sikap yang belajar
e. Metode
yang diterapkan untuk berhasilnya usaha belajar
B. Ceramah
Dan Alat Peraga
Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang
sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin. Dengan metode ini lebih
dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan.
Penceramah juga mempergunakan alat-alat peraga yang
tersedia seefektif mungkin, sambil memberikan penjelasanya. Alat-alat peraga
(Audio Visual Aids) yang sudah lazim dipergunakan diindonesia adalah sebagai
berikut :
·
Papan tulis
·
Kertas Koran
·
Papan flannel
·
Overhead projector adalah sebuah alat
listrik yang dapat memproyeksikan gambar, tulisan, gari-garis grafik pada
sebuah layar atau dinding.
·
Slide
C. Diskusi
Berdiskusi adalah kegiatan manusia yang alamiah.
Suatu kegiatan yang menarik, kreatif dan mengasikan. Dalam suatu diskusi para
pesertanya berpikir bersama dan mengunkapkan pikirannya sehingga menimbulkan
pengertian pada diri sendiri, pada pandangan kawan-kawan diskusi, dan juga pada
masalah yang didiskusikan.
Dalam sebuan symposium beberapa orang ahli
menyampaikan prasaran singkat , diskusi atau tukar pikiran di hadapan sejumlah
hadirin.
D. Peranan
(atau dalam bahasa Inggris Role Playing)
Pemeranan adalah suatu usaha untuk membantu para
peserta untuk mengalihkan suatu masalah belajar ke dalam praktek. Dr. J.L
Moreno memperkenalkan metode pemeranan di psychodramatic Institute di New York.
Di bdakannya dua semua keterangan di pertimbangkan, maka diagnosa mungkin jenis
pemeranan, yakni Psychodrama dan Sociodrama. Bagi orang dewasa, pemeranan
merupakan metode belaja yang banyak manfaatnya. Ada beberapa variasi dalam
pemeranan untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
v Role
Revesal : dalam bahasa indonsia di sebut peran terbalik, tujuannya agar
menimbulkan kepekaan terhadap kedudukan dan keadaan pihak lain agar dapat lebih
menimbulkan perasaan oang lain.
v Alter
Ego : untuk memahami masalah komunikasi, dan adanya pikiran serta perasaan yang
tidak diucapkan. Pemeranan Alter Ego dapat berguna. Alter Ego boleh dikatakan
berlaku sebagai “hati nurani”.
v Keterampilan
: dapat dipelajari melalui ceramah yang berupa petunjuk-petunjuk untuk
dihafalkan, akan lebih mudah dipahami apaila jabatan tertentu di perankan.
E. Structued
Experiences
Metode
eksperiensial (=dengan jalan mengalami) ini merupakan ciri khas dari metode
belajar yang dikenal sebagai “pendekatan laboratories”. Manfaatnya sangat besar
dalam pedidikan orang dewasa yang bertujuan meningkatkan ketrampilannya dalam
hubngan antar manusia (human relations skill).
v Mengalami
yakni ketik peserta terlibat dalam suatu kegiatan laboratories.
v Mengungkapkan
tanggapan dan pengamatannya untuk mengetahui mengapa masing-masing berlaku dan
berkata secara tertentu.
v Pembimbing peserta harus mengolah segala yang
timbul pada “Mengungkapkan”, dengan mendiskusikan mengevaluasinya.
v Generalisasi
sebagai langkah yang penting, kalau latihan ini ingin bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari diluar ruang belajar.
v Para
peserta menerapkan lagi apa yang dipelajarinya itu.
BAB VII
MERANCANG
PROGRAM LATIHAN
Metode
pendidikan bagi oran dewasa adalah program latihannya. Metode-metode akan
dipakai bahkan banyak dipengarahui oleh rancangan atau design yang disusun.
1. Langkah
pertama : kebutuhan
2. Langakah
kedua : sasaran
3. Langkah
ketiga : sumber
4. Langkah
keempat : hambatan
5. Langkah
kelima : alternatip
6. Langkah
keenam : Seleksi
Contoh Rancangan Program Latihan
Untuk menyajikan contoh nyata suatu
design program latihan, ada beberapa langkah-langkah yang diuraikan sebagai
berikut :
1. Yang
akan dididik adalah orang-orang dewasa yang berminat untuk membantu masyarakat
dalam lingkungannya untuk meningkatkan kesejahteraan social ekonominya.
2. Mereka
diharapkan akan mempelajari falsafah kerja sama dalam kelompok, keterampilan
hubungan antara manusia.
3. Menyampaikan
pelajaran adalah tiga orang staf pendidikanbiro konsultasi kredit sendiri.
4. Merka
akan dididik dengan metode pendidikan orang dewasa.
5. Evaluasi
hasil pendidikan akan di evakuasi dalam 2(dua) tahapan.
Pengaturan ruangan
Banyak kegiatan pendidikan yang
materinya baik, bahan tersedia secara berlimpah, ada pembimbing yang ahli dan
terampi. Tetapi ternyata hasilnya tidak memuaskan hanya karena pengaturan
ruangan telah diabaikan, karena tidak disadari pentingnya sebagai sarana
belajar. Ruangan apa pun yang akan akan dipergunakan apabila tersedia ruangan
yang cukup luas maka pada acara atau program pendidikan yang kegiatannya lebih
banyak berupa diskusi kelompok, dengan pengatar-pengantar singkat dari pembimbing
dan laporan-laporan diskusi kelompok.
Untuk baik yang mendidikan yng “laboratories” yang
memerlukan partisipasi intesif para peserta. Sepeti dalan Human Relations
Training, baik yang menggunakan Siruclured Experiences maupun yang unstructured
seperti dalam latihan kepekaan (Sensitivity Training).
BAB VIII
EVALUASI
PROGRAM
Pada
pendidikan orang dewasa cara evaluasi demikian tidak dapat dijalankan. Sebab
dalam pendidikan orang dewasa evaluasi demikian tidak tepat. Bedanya pendidikan
orang dewasa dengan pendidikan konvensional adalah bahwa dalam pendidikan orang
dewasa tidak ada unsur paksaan. Orang dewasa belajar atas kehendaknya sendiri
yang bebas. Orang dewasa dapat dipaksa untuk masuk rungan belajar, tetapi tidak
dapat dipaksa untuk belajar.
Dalam
pendididkan orang dewasa metode evaluasinya harus mencermikan kehendak bebas
yang sama seperti proses belajarnya itu sendiri. Dengan lain kata, metode
evaluasinya harus datang dari orang yang belajar, bukan dipaksakan dari luar.
Bagi
penyelenggara evaluasi harian maupun evaluasi menyeluruh akan merupakan ukuran
untuk menilai hasil program dengan rencana semula. Bagi para peserta itu
sendiri evaluasi merupakan suatu cara untuk merenungkan proses kegiatan maupun
hasilny kegiatan itu bagi dirinya, latihan mengungkapkan renungan dan
analisisnya secara tertuls dan terbuka.
Bab I
- Andragogi : Pendidikan orang dewasa
- Paedagogi : Ilmu dan seni dalam mengajar anak
- Mobilitas : Gerakan berpindah-pindah
- Transmisi : Pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain
- Psikologis : Bersifat kajiwaan
- Implikasi : Keterlibatan
- Asumsi : Dugaan yang diterima sebagai dasar
- Konsekuensi : Akibat dari sesuatu perbuatan
- Aplikasi : Karya hias
- Simulasi : Peragaan sesuatu dengan bentuk tiruan
- Konferensi : Rapat atau tiruan
- Fase : Tingkatan masa
- Supervisi : Pengawasan utama
- Eksekutif : Kepengurusan atau pengelolaan
- Logik : Sesuai dengan logika
- Orientasi : Peninjauan untuk menentukan sikap yang benar
- Filsafat : Pengetahuan dengan akal budi
- Perspektif : Sudut pandang tiga dimensi
- Kondusif : Memberi peluang pada hasil yang diinginkan
- Kooperatif : Bersifat kerja sama
- Homogen : Terdiri atas jenis yang sama
- Heterogen : Terdiri atas berbagai jenis atau unsur
Bab II
- Observasi : Peninjauan secara cermat
- Sensoris : Berhubungan dengan panca indra
- Transenden : Luar biasa
- Konformitas : Persesuian
- Irasional : Tidak berdasarkan akal sehat
- Impulsif : Bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerakan hati
- Afeksi : Rasa kasih sayang
- Ekstrim : Sangat keras
- Agresif : Bernafsu menyerang
- Spiritual : Bersifat kejiwaan
- Aspirasi : Harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa mendatang
- Krusial : Sangat menentukan
- Prestise : Wibawa
- Efisien : Tepat atau sesuai
- Kuesioner : Alat riset atau survei
- Profesional : Bersangkutan dengan profesi
- Survei : Teknik riset dengan memberi batas yang jelas atas data
- Responden : Penjawab
- Revisi : Peninjauan kembali untuk perbaikan
- Uniform : Bersifat seragam
Bab
III
- Kolege : Teman sejawat
- Fundamental : Bersifat dasar
- Material : Bahan yang dipakai untuk membuat barang lain
- Motif : Pola atau corak
- Pola : Gambar yang dipakai untuk contoh
- Formal : Sesuai dengan peraturan yang sah
- Kognitif : Pengetahuan faktual yang empiris
- Eksperimen : Percobaan yang bersistem dan berencana
- Alternatif : Pilihan diantara dua atau beberapa kemungkinan
- Otoritas : Hak untuk bertindak
Bab
IV
- Fisioligik : Bersifat fisiologi
- Spektrum : Rentetan warna kontinu
- Kontras : Memperlihatkan perbedaan yang nyata bila diperbandingkan
- Emosional : Penih emosi
- Intelektual : Cerdas atau pikiran dengan kecerdasan tinggi
- Evolusi : Perubahan secara perlahan-lahan
- Subyektif : Bersifat subjektif
- Evaluasi : Penilaian
- Antusias : Bersemangat
- Metode : Cara yang teratur
Bab V
- Intervensi : Campur tangan dalam perselisihan dua pihak
- Kreatif : Memiliki daya cipta
- Introspeksi : Koreksi terhadap diri sendiri
- Spontanitas : Kesertemetaan
- Komitmen : Perjanjian untuk melakukan sesuatu
- Diskriminatif : Bersifat membeda-beda
- Variasi : Hasil perubahan dari keadaan semula
- Proporsi : Perbandingan
- Profesi : Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
Bab
VI
- Konsultasi : Pertukara pikiran untuk mendapatkan kesimpulan yang baik
- Kontinum : Rangkaian
- Riset : Penelitian suatu masalah secara bersistem, kritis dan ilmiah
- Referensi : Sumber acuan
- Flanel : Kain panel yang berkabu-kabu
- Transparan : Tembus pandang
- Simposium : Pertemuan dengan beberapa pembicaraan
- Panelis : Peserta diskusi panel
- Diagnosa : Pemeriksaan terhadap suatu hak
- Egosentris : Berpusat pada diri sendiri
- Kentara : Tampak
- Premis : Apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan
- Generalisasi : Perihal untuk mendapat gagasan
- Hipotesa : Anggapan dasar
- Argumentasi : Pendapat
Bab
VII
1.
Sistematis : Teratur menurut sistem
2.
Produktivitas :
Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu
4.
Pesimis : Orang yang bersifat tidak
mempunyai harapan baik
5.
Komfortabel : Nyaman
6.
Intensif : Secara sungguh-sungguh dan terus
menerus
7.
Kompartemen :
Bagian yang terpisah
8.
Komposisi : Susunan
Bab
VIII
1.
Tentramen : Ujian mata kuliah tertentu sebelum
dapat menempuh ujian akhir
2.
Konvensional :
Berdasarkan kesepakatan
3.
Refleksi : Gerakan diluar kesadaran
4.
Faktual :
Berdasarkan kenyataan
5.
Konkret : Nyata, benar-benar ada
Komentar
Posting Komentar