Muatan Lokal (Dayak)
Objek wisata kota Palangka Raya
Isen Mulang
Taman Wisata Bukit Tangkiling berjarak sekitar ± 34 Km dari Pusat Kota Palangka Raya.
dengan waktu tempuh kira- kira 45 menit dengan menggunakan kendaraan
roda dua maupun roda empat, dengan melewati jalan aspal dan untuk
mencapai ke puncak bukit dengan melewati jalan setapak. Bukitnya yang menjulang terlihat indah dari kejauhan.
Tebing dan gugusan batu yang kokoh membuatnya terlihat menakjubkan. Sebaliknya, dari puncak bukit yang terletak sekitar 34 kilometer dari pusat kota itu, terpampang pemandangan yang masih alami. Lokasi obyek wisata ini secara geografis terletak di Kelurahan Banturung dan Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu. Luas keseluruhan kawasan wisata ini adalah 2.594 Ha, dengan rincian sebagai berikut: Cagar Alam seluas 2.061 Ha dan Taman Wisata Alam seluas 533 Ha.
Tebing dan gugusan batu yang kokoh membuatnya terlihat menakjubkan. Sebaliknya, dari puncak bukit yang terletak sekitar 34 kilometer dari pusat kota itu, terpampang pemandangan yang masih alami. Lokasi obyek wisata ini secara geografis terletak di Kelurahan Banturung dan Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu. Luas keseluruhan kawasan wisata ini adalah 2.594 Ha, dengan rincian sebagai berikut: Cagar Alam seluas 2.061 Ha dan Taman Wisata Alam seluas 533 Ha.
Batu Banama adalah salah satu objek wisata di Kalimantan Tengah yang terletak di kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Sebagai salah satu bukt dari 3 bukit yang ada di desa Tangkiling kecamatan Bukit Batu tersebut.
Alam dengan kesegarannya dimana banyak Batu - Batu besar yang ditutupi oleh rimbunya hutan serta pohon - pohon yang rindang serta air yang mengalir dari perbukitan semakin menambah sejuk dan damai serta nyaman sebagai tempat bersantai bersama keluarga atau kerabat dari segala kesibukan-kesibukan.
Selain itu, disitu juga terdapat Pura kecil sebagai sarana ibadah umat hindu, yang lagi-lagi semakn menambah eksotik dengan patung-patung khas yang mengelilingi pura tersebut.selain menawarkan panorama alam yang indah juga bisa dikategorikan sebagai wisata yang mengandung relegius, karena pada lokasi areal wisata ini terdapat Pura Agung Sali Paseban/Satya Dharma.
Disamping itu legenda mengenai terjadinya batu banama itu sendiri yang dilihat dari samping mirip seperti sebuah bahtera yang terdampar.
Alam dengan kesegarannya dimana banyak Batu - Batu besar yang ditutupi oleh rimbunya hutan serta pohon - pohon yang rindang serta air yang mengalir dari perbukitan semakin menambah sejuk dan damai serta nyaman sebagai tempat bersantai bersama keluarga atau kerabat dari segala kesibukan-kesibukan.
Selain itu, disitu juga terdapat Pura kecil sebagai sarana ibadah umat hindu, yang lagi-lagi semakn menambah eksotik dengan patung-patung khas yang mengelilingi pura tersebut.selain menawarkan panorama alam yang indah juga bisa dikategorikan sebagai wisata yang mengandung relegius, karena pada lokasi areal wisata ini terdapat Pura Agung Sali Paseban/Satya Dharma.
Disamping itu legenda mengenai terjadinya batu banama itu sendiri yang dilihat dari samping mirip seperti sebuah bahtera yang terdampar.
Museum Balanga ini terletak di Jalan Tjilik Riwut Km 2,5 dengan luas kurang lebih 5 (lima) Ha. Museum ini berada di dalam kota Palangka Raya, dan mudah untuk dikunjungi karena dibuka setiap hari dari jam 08.00 – 12.00 WIB, dan ada petugas pemandu. Museum Balanga
ini berkiprah sebagai lembaga pelestarian, pendokumentasian, serta
penyajian berbagai koleksi peninggalan budaya suku Dayak dan segala yang
berkaitan dengan sejarah kehidupan suku dayak, seperti ethnografika,
barang-barang warisan leluhur dayak yang banyak memiliki kekuatan megic.
Di museum ini tersimpan juga berbagai alat tradisonal yang biasa
dipakai oleh suku Dayak pada jaman dahulu seperti ―Mihing― (sebuah
penangkap ikan tradisional), baju sakarut atau baju Karungkong Sulau,
atau juga baju Basurat yang biasa dipakai pada upacara ritual,
senjata-senjata suku Dayak seperti Mandau, Sumpitan, Duhung, dan
sebagainya.
Wisata Fantasi Beach ini berjarak sekitar ± 21 Km dari Pusat Kota Palangka Raya,wisata
Fantasi Beach dapat ditempuh dengan waktu tempuh kira-kira 20 menit
dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun kendaraan roda Dua.
Lokasi obyek wisata yang dikelola oleh pihak swasta ini, menawarkan
berbagai hiburan/permainan seperti, memancing, flying fox, sepeda air,
Outbond, dan pada event tertentu juga terkadang menghadirkan panggung
hiburan berupa pertunjukan musik.
pengelola tempat wisata Fantasi Beachini berencana akan menambahkan beberapa fasilitas hiburan/permainan lainnya seperti jet-ski, kolam renang, water boom, guna lebih menambah minat pengunjung ke lokasi wisata ini.
pengelola tempat wisata Fantasi Beachini berencana akan menambahkan beberapa fasilitas hiburan/permainan lainnya seperti jet-ski, kolam renang, water boom, guna lebih menambah minat pengunjung ke lokasi wisata ini.
Danau Tahai terletak di Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, 29 Km arah Barat Kota Palangka Raya ini adalah salah satu obyek wisata yang banyak mendapat kunjungan dari penduduk Palangka Raya yang ingin bersantai dan rekreasi. Tersedia beberapa fasilitas hiburan,
seperti pemancingan, sepeda air, perahu motor, karaoke, jembatan
gantung dan rumah makan. Danau Tahai
merupakan danau tadah hujan yang tidak besar, namun dihubungi oleh
beberapa sungai-sungai kecil yang cocok bagi mereka yang gemar
memancing.Tahai adalah sebutan danau dari bahasa dayak Kalteng sepertinya. Tahai ini berupa danau kecil yang terbentuk konon kabarnya dikarenakan genangan air yang sudah lama akibat galian pasir. Selain itu Tahai
juga terbentuk dikarenakan bekas aliran sungai yang alurya jadi
berubah, sehingga terbentuk genangan air yang tidak mengikuti aluran
sungai lagi,
Isen Mulang
Suku
Dayak sebagai salah satu etnis yang ada di muka bumi ini kian
hari semakin menunjukkan eksistensi entitasnya. Suku Dayak yang mendiami
pulau Kalimantan atau Borneo salah satunya mendiami bagian Kalimantan
yang berada di tengah-tengah atau lebih dikenal dengan sebutan
Kalimantan Tengah. Salah satu manifestasi dari keinginan tersebut
dilakukan dengan Festival budaya Isen Mulang. Jika di Kalimantan Selatan
dikenal sebutan Aruh Ganal atau di Kalimantan Timur disebut dengan
Festival Erau dan juga sama dengan festival-festival budaya bersifat
lokal kedaerahan di daerah-daerah lain di Indonesia.
Sejak tahun 2005 atau sebelumnya, festival semacam ini semakin
menguatkan identitas dan inovasi yang dilakukan dalam menemukan akar
dari Manusia Dayak atau suku pribumi asli Kalimantan Tengah hingga
menampilkan segala macam hal atau komoditas yang bisa dijual
serta dipromosikan kepada para pengunjung bahkan kepada turis
mancanegara yang berakar dari kearifan lokal atau budaya-budaya
adiluhung suku Dayak yang memiliki keunikan tersendiri.
Isen Mulang sendiri berarti pantang menyerah yang berasal dari Bahasa
Sangen atau Bahasa Sangiang. Jika di daerah seberang dikenal dengan
Bahasa halus atau “inggil”, maka bahasa yang tertinggi atau halus di
daerah Dayak Kalimantan Tengah adalah Bahasa Sangen. Bahasa yang biasa
digunakan dalam melantunkan tandak atau puji-pujian atau syair atau
puisi. Dalam bentuk
yang lebih sederhana dilantunkan dalam karungut (nyanyian atau syair
berirama). Secara khusus Tandak diperlombakan pada perayaan keagamaan,
yaitu Festival Tandak Intan yang dilaksanakan oleh Majelis Besar
Kaharingan Kalimantan Tengah. Berikut link contoh bahasa Sangiang ini
Festival
Budaya Isen Mulang Kalimantan Tengah ini juga disinergikan sebagai
wahana transaksi dan promosi daerah-daerah di Kalimantan Tengah yang
terdiri dari 13 kabupaten dan 1 kota melalui Kalteng Ex Semua elemen
pemerintah daerah se-Kalimantan Tengah berkompetisi menunjukkan prestasi
terbaik mereka dan kekhasan yang hanya terdapat dalam wilayah mereka
untuk dikomersilkan dan syukur-syukur bisa menarik investor dari daerah
lain untuk menanamkan modal mereka di wilayah kabupaten atau kota ini.
Melaksanakan festival yang berarti “kemeriahan” menunjukkan bahwa
Kalimantan Tengah yang dulunya adem ayem benyem bewei, sekarang sudah
menyulap dirinya bak gadis yang semakin matang untuk dipinang dan
selektif dalam memilih pelamarnya. Kalimantan Tengah diharapkan memiliki potensi peranan strategis
dalam percaturan kehidupan berbangsa, bernegara, dan juga bermasyarakat
sebagai bagian terintegrasi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lambang Isen Mulang
ARTI DAN PENGERTIAN LAMBANG DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
Lambang Isen Mulang
Berdasarkan Perda Kodya Dati II Palangka Raya Nomor : 1/DPRD.GR/1970
Bentuk
Badge berbentuk Persegi
Badge berbentuk Persegi
Tata Warna
Hitam, Hijau, Kuning dan Putih
Hitam, Hijau, Kuning dan Putih
Tulisan
Kata-kata "PALANGKA RAYA" Putih di atas dasar hitam dan "ISEN MULANG"
Kata-kata "PALANGKA RAYA" Putih di atas dasar hitam dan "ISEN MULANG"
Lukisan
- Bundaran Hijau
- Setangkai Padi berdaun emas dan tujuh belas butir buah
- Setangkai kapas berdaun lima helai dan enam buahnya yang sudah mekar putih
- Mandau dan Sumpit
- Bunga Melati di dalam Bundaran, berintikan bundaran kecil yang dihubungkan dengan jalur-jalur jalan
- Bundaran Hijau
- Setangkai Padi berdaun emas dan tujuh belas butir buah
- Setangkai kapas berdaun lima helai dan enam buahnya yang sudah mekar putih
- Mandau dan Sumpit
- Bunga Melati di dalam Bundaran, berintikan bundaran kecil yang dihubungkan dengan jalur-jalur jalan
Susunan
- Dibagian atas melintang bidang lengkung berwarna hitam, bertahtakan aksara dengan huruf-huruf balok putih "PALANGKA RAYA"
- Ditengah-tengah dilukiskan sebuah bundaran, jalur-jalur jalan dan bundaran kecil sebagian didalamnya.
- Mandau dan Sumpit menyilang dibelakang bundaran, setangkai padi dan kapas
- Dibagian bawah sehelai Pita Putih dengan tulisan huruf balok warna hitam "ISEN MULANG"
- Warna dasar ialah hijau dan kuning ditengah-tengahnya
- Garis tepi lambang ialah hitam
- Dibagian atas melintang bidang lengkung berwarna hitam, bertahtakan aksara dengan huruf-huruf balok putih "PALANGKA RAYA"
- Ditengah-tengah dilukiskan sebuah bundaran, jalur-jalur jalan dan bundaran kecil sebagian didalamnya.
- Mandau dan Sumpit menyilang dibelakang bundaran, setangkai padi dan kapas
- Dibagian bawah sehelai Pita Putih dengan tulisan huruf balok warna hitam "ISEN MULANG"
- Warna dasar ialah hijau dan kuning ditengah-tengahnya
- Garis tepi lambang ialah hitam
ARTI DAN PENGERTIAN LAMBANG DAERAH KOTA PALANGKA RAYA
Umum
- Perisai adalah alat penangkis, merupakan salah satu alat kelengkapan untuk mempertahankan diri, walaupun pemiliknya/pemegangnya nampaknya bersahaja, namun pada hakekatnya selalu ingin selaras dan sesuai dengan perkembangan jaman, terus maju berjuang melawan kemelaratan untuk menegakkan kebenaran yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 dan Pancasila.
- Bidang lengkung hitam bertahtakan aksara " Palangka Raya " putih, melambangkan kehidupan suci, bersih, teguh dan kokoh oleh karena itu sifatnya kekal.
- Bunga melati berdaun lima di tengah, melambangkan kepamongprajaan yang menghiasi petugas-petugas / pejabat-pejabat pamongpraja di Indonesia.
- Bundaran di dalam, melambangkan sejarah asal mula terjadinya sebuah kota (merupakan alun-alun atau kegiatan penduduk), kemudian dihubungkan dengan jalur-jalan kesegala jurusan sebagai syarat pengembangan kota.
- Palangka Raya terdiri dari kata-kata "Palangka dan Raya" ( Palangka Bulau ) berasal dari suatu wadah bernama Palangka (bagian muka dan belakang, melukiskan bentuk dan gambar burung elang) yang menurut kepercayaan leluhur / nenek moyang suku dayak, dipakai oleh Ranying Mahatala Langit (Tuhan Yang Maha Esa ) untuk menurunkan manusia pertama keatas dunia.
- Setangkai padi berdaun emas helai dan tujuh belas butir buahnya, setangkai kapas berdaun lima helai dan enam buahnya yang sudah mekar dan putih, melambangkan saat peresmian Pemerintah Kota Palangka Raya mulai berotonomi penuh pada tanggal 17 Juni 1965.
- Warna dasar hijau menyatakan secara geografis wilayah Kota Palangka Raya 75 % terdiri dari hutan dan danau, berartikan kesuburan. Warna dasar kuning melambangkan kejayaan, cerah, terbuka dan berkembang.
- Keberanian / kemauan membangun Kota Palangka Raya dari suatu daerah hutan, menjadi kota bersemboyan " ISEN MULANG ", dengan modal alam dan tenaga demi kejayaan negara pada umumnya dan rakyat Kalimantan pada khususnya.
- Dilengkapi dengan amal, kegiatan, cita-cita dan tekad kepamongprajaan bersemboyan " Tut Wuri Handayani " untuk membina / membimbing masyarakat ke arah kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah berpedoman falsafah negara Pancasila.
Arti Kata Isen Mulang Bagi Masyarakat Kalteng
Sebagian orang mungkin bertanya-tanya “apa arti Isen Mulang?” atau “apa sih maksud Isen Mulang?” bahkan mungkin bagi kalangan akademisi mungkin bertanya-tanya “pengertian Isen Mulang”.
Secara sederhana kata “Isen Mulang” dapat diartikan sebagai semangat Pantang Mundur.
Kata Isen Mulang ini juga terkandung dalam Lambang / Simbol / Logo Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) karena kata Isen Mulang mengandung makna yang besar bagi Masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) secara umum.
Asal Kata Isen Mulang
Isen Mulang sebenarnya merupakan kata yang diambil dari teks sebenarnya yang bertuliskan “Isen Mulang Pantang Mundur Dia Tende Nyamah Nggetu Hinting Bunu Panjang”.
Isen Mulang dan Bahasa Dayak Sangiang Kalteng
Kata-kata Isen Mulang dalam teks sebenarnya di atas merupakan teks yang ditulis menggunakan Bahasa Sangiang yakni Bahasa Dayak yang tertua di Kalimantan Tengah (Kalteng). Bahasa Sangiang ini hingga sekarang masih banyak digunakan oleh Suku Dayak yang beragama Kaharingan untuk melakukan ritual keagamaan dan komunikasi dengan yang maha kuasa.
Nah kita kembali ke istilah Isen Mulang… Kata Isen Mulang sengaja diambil sebagai simbol semangat juang masyarakat Kalteng untuk membangun daerah, khususnya Kalimantan Tengah tanpa henti-hentinya sampai tutup usia atau titik darah terakhir.
Perisai Khas Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah - Talawang
jika diterjemahkan secara sederhana berdasarkan segi bahasa maka
berarti sebagai sebuah perisai atau alat penangkis dan pertahanan dari
serangan musuh.
Talawang juga digunakan sebagai bentuk resmi logo Provinsi Kalimantan Tengah maupun Kota Palangka Raya bahkan hampir semua logo pemerintahan di Provinsi Kalimantan Tengah menggunakan Bentuk Talawang ini sebagai struktur dasar logo Pemerintah Kabupaten maupun Kota.
Secara filosofis “Talawang Kalteng” ini melambangkan kewaspadaan serta kesanggupan mempertahankan diri dengan konsekuen.
"Enggang" melambangkan kekuasaan di atas sedangkan
"naga" melambangkan kekuasaan di bawah. Kedua lambang ini sangat umum
didapatkan di kalangan masyarakat Dayak baik di Kalimantan Barat, Timur
dan Tengah. Dengan kata lain, enggang dan naga adalah ungkapan lain
dari, katakanlah, Tuhan (Hatala). Artinya orang Dayak itu tidak lain
daripada putra-putri Hatala yang mempunyai misi hidup untuk mejadikan
bumi (lewu) sebagai tempat kehidupan manusiawi sesuai dengan Lewu
Hatala. Apabila mereka gagal melaksanakan misi hidup dan mati ini maka
putra-putri Hatala, rengan tingan nyanak jata, ini akan menjadi hantu
(kambe)yang tidak diterima kembali oleh Hatala. Ia akan menjadi
pengembara tanpa akhir Menelusuri Jalur-jalur Keluhuran. Sebuah Studi
Tentang Kehadiran Kristen di Dunia Kaharingan di Kalimantan", BPK
Gunung Mulia, Jakarta 1983).
Ketika menjawab tantangan ini maka rengan tingang nyanak jataitu memekikkan lahap , manakir petak (menumiti bumi) dan mengikatkan kain merah di kepala mereka (lawung bahandang)¨, pertanda semangat isen mulang (pantang mundur) jika tak berhasil melaksanakan misi mereka tak akan pulang. Isen mulang ini oleh propinsi Kalteng dijadikan moto propinsi sehingga Kalteng sering juga dikenal dengan sebutan "bumi isen mulang" yang lengkapnya bermakna biarkan nama saja yang kembali apabila gagal merampungkan misi.
Ini adalah inti dari gejala-gejala yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di Kalteng, terutama di kalangan komunitas Dayak Ngaju. Apakah nilai-nilai ini masih relevan dalam menghalau keterpurukan? Saya kira ya! Karena itu dalam melakukan perberdayaan agar pesan-pesan yang ingin disampaikan supaya cepat ditangkap, gampang dicerna, saya kira menafsirkan budaya daerah sangat diperlukan. Nilai-nilai yang relevan begini, mengapa patut dikikis? Berbeda misalnya dengan budaya kayau (potong kepala untuk keperluan ritual). Tapi inipun patut diberikan penafsiran bahwa dewasa ini yang patut dikayau itu adalah keterpurukan itu sendiri. Bentuknya tentu saja disingkirkan, tapi nilai positif di dalamnya patut diangkat.
Kemudian nilai-nilai lokal ini diterapkan pada sarana baru kekinian. Perihal sarana inipun kiranya kita patut memperhatikan sarana yang sejak lama ada di dalam masyarakat, misalnya Masyarakat Adat (MA) yang oleh Orde Baru (Orba) secara sistematik dihancurkan tapi sampai sekarang masih memainkan peranan dan masih tanggap zaman. Sampai pada hari ini MA masih membuktikan efektifitasnya dalam menangani soal-soal dalam masyarakat, mulai dari soal besar , seperti Tragedi Sampit Februari 2001 sampai ke soal-soal kecil kehidupan sehari-hari. Menggunakan nilai-nilai budaya lokal untuk menjawab tantangan kekinian dan keterpurukan inilah yang juga saya maksudkan sebagaiujud kongkret dari revitalisasi budaya lokal itu.
Ketika menjawab tantangan ini maka rengan tingang nyanak jataitu memekikkan lahap , manakir petak (menumiti bumi) dan mengikatkan kain merah di kepala mereka (lawung bahandang)¨, pertanda semangat isen mulang (pantang mundur) jika tak berhasil melaksanakan misi mereka tak akan pulang. Isen mulang ini oleh propinsi Kalteng dijadikan moto propinsi sehingga Kalteng sering juga dikenal dengan sebutan "bumi isen mulang" yang lengkapnya bermakna biarkan nama saja yang kembali apabila gagal merampungkan misi.
Ini adalah inti dari gejala-gejala yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di Kalteng, terutama di kalangan komunitas Dayak Ngaju. Apakah nilai-nilai ini masih relevan dalam menghalau keterpurukan? Saya kira ya! Karena itu dalam melakukan perberdayaan agar pesan-pesan yang ingin disampaikan supaya cepat ditangkap, gampang dicerna, saya kira menafsirkan budaya daerah sangat diperlukan. Nilai-nilai yang relevan begini, mengapa patut dikikis? Berbeda misalnya dengan budaya kayau (potong kepala untuk keperluan ritual). Tapi inipun patut diberikan penafsiran bahwa dewasa ini yang patut dikayau itu adalah keterpurukan itu sendiri. Bentuknya tentu saja disingkirkan, tapi nilai positif di dalamnya patut diangkat.
Kemudian nilai-nilai lokal ini diterapkan pada sarana baru kekinian. Perihal sarana inipun kiranya kita patut memperhatikan sarana yang sejak lama ada di dalam masyarakat, misalnya Masyarakat Adat (MA) yang oleh Orde Baru (Orba) secara sistematik dihancurkan tapi sampai sekarang masih memainkan peranan dan masih tanggap zaman. Sampai pada hari ini MA masih membuktikan efektifitasnya dalam menangani soal-soal dalam masyarakat, mulai dari soal besar , seperti Tragedi Sampit Februari 2001 sampai ke soal-soal kecil kehidupan sehari-hari. Menggunakan nilai-nilai budaya lokal untuk menjawab tantangan kekinian dan keterpurukan inilah yang juga saya maksudkan sebagaiujud kongkret dari revitalisasi budaya lokal itu.
Komentar
Posting Komentar